Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah salah satunya provinsi di Indonesia yang mempunyai kekayaaan budaya serta tradisinya yang mengagumkan. Salah satunya yang memberikan hal itu yakni adanya alat musik tradisional NTT namanya Sasando yang paling populer sampai ke luar negeri.
Alat musik tradisional dari Nusa Tenggara Timur ini memvisualisasikan mengenai citarasa seni yang tinggi sekali dari warga suku asli yang berada di provinsi ini seperti suku Sumba, suku Lamaholot, suku Atoni, suku Manggarai, suku Belu, suku Rote, dan suku Lio.
Daftar Alat Musik Tradisional NTT (Nusa Tenggara Timur)
Selain sasando, ternyata Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki alat musik tradisional yang tidak kalah khasnya. Di bawah ini ialah 12 alat musik tradisional NTT.
1. Sasando
Sasando atau yang umum diketahui dengan Sasando Rote sebuah alat musik tradisional yang dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, persisnya dari pulau Rote. Konon tuturnya alat musik ini telah dipakai oleh sayarakat Rote semenjak era ke-7.
Alat musik sasando ini terdiri 2 (dua) sisi penting, yang pertama ialah sisi yang dibuat dari bambu serta yang ke-2 ialah sisi yang dibuat dari daun lontar.
Di bagian yang dibuat dari bambu adalah tempat menempelnya dawai-dawai atau senar sasando yang jumlahnya 28 (dua puluh) dawai (sasando Engkel), 56 (lima puluh enam) dawai (sasando Dobel), atau 84 (delapan puluh empat) dawai. Dawai-dawai itu terpasang memutari bambu dengan panjang yang beragam macam.
Alat musik ini termasuk tipe alat musik tradisional yang paling unik. Sebab keunikannya itu, alat musik ini pernah jadi simbol penting di mata uang pecahan Rp.5000.
2. Gong Waning
Gong Waning ialah satu alat musik tradisional warga Sikka. Alat musik ini dimainkan dengan ditabuh atau dipukul. Gong Waning ini sendiri terbagi dalam beberapa macam instrument, seperti gendang atau waning, gong dan peli anak (saur).
Gong Waning ini ibarat gendang yang dibuat dari kayu kelapa serta cuma mempunyai 1 (satu) membran saja. Alat musik ini biasanya dimainkan untuk pengiring tarian, baik itu di acara tradisi atau di atraksi tari.
3. Moko
Moko sebuah alat musik tradisional yang dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), persisnya dari Pulau Alor. Alat musik ini mempunyai bentuk yang paling seperti dengan Gendang, namun dibuat dari perunggu dan bermotif yang beragam.
Moko ini sebuah barang warisan riwayat yang banyak didapati di Pulau Alor. Nyaris di semua teritori wilayah Pulau Alor memiliki alat musik Moko ini, hingga beberapa orang yang menyebutkan Pulau Alor ini untuk pulau “Negeri Seribu Moko”.
4. Foy Doa
Foy Doa sebuah alat musik tradisional yang dari Nusa Tenggara Timur (NTT) serta datang dari kebudayaan warga Flores. Berdasar dari asal tuturnya, kata “Foy Doa” ini berarti suling ganda. Alat musik ini tersusun dari 2 (dua) atau bisa lebih suling yang dimainkan dengan cara bersama.
Biasanya Foy doa ini dipakai untuk menemani syair atau nyanyian petuah yang dikatakan beberapa orangtua untuk bentuk nasehat buat anak-anaknya. Dengan nada-nada tunggal yang teralun dari alat musik foy doa, nasehat yang diterima di rasa semakin lebih terkesan.
5. Knobe Khabetas
Knobe Khabetas sebuah alat musik tradisional yang dipercayai telah ada semenjak jaman batu. Bentuk dari Knobe Khabetas ini ibarat busur panah, yaitu berbentuk lengkungan bambu yang diikat dengan memakai tali tipis tetapi lebar.
Langkah memainkannya alat musik ini cukup gampang, yakni dengan dekatkan tali ke mulut dan meniupnya. Instrumen ini dulunya seringkali dibawa ke sawah untuk selingan dalam menanti tanaman kebunnya dari gempuran hama.
6. Knobe Oh
Knobe Oh sebuah alat musik bambu yang dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Alat musik ini dimainkan secara sama juga dengan alat musik Knobe Khabetas, namun, Knobe Oh memiliki bentuk yang lain.
Knobe oh dibuat dari bilah bambu selama 12,5 cm.. Langkah membuat alat musik ini ialah dengan mengerat sisi tengah bambu. Di bagian tengah keratan itu disisakan kulit ari bambu yang nanti berperan untuk resonator saat ditiup.
7. Prere
Prere sebuah alat musik tradisional yang dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Sesuai namanya, alat musik tradisional ini cuma membuahkan suara “Do” serta “Re” saat ditiup. Prere ini dibuat dari batas bambu kecil serta ukurannya juga sependek ukuran pensil.
Di bagian dalam rongga, alat musik ini dikasih satu membran yang nanti akan bergetar saat ditiup, hingga alat musik ini bisa membuahkan suara. Suara yang keluar juga diperbesar adanya penambahan daun pandan di bagian ujungnya.
8. Sowito
Sowito sebuah alat musik tradisional yang dibuat dari bambu. Langkah membuat yakni dengan mecungkil kulit bambu dengan ukuran 2 cm. dan diganjal dengan memakai batangan kayu kecil. Cungkilan berikut yang nanti berperan untuk dawai.
Alat musik Sowito dimemainkan dengan dipukul dengan memakai sebatang kayu selama kurang dari 30 cm. serta sebesar jemari tangan. Tiap batas bambu alat musik ini akan membuahkan sebuah suara. Untuk kepentingan pengiringan, umumnya alat musik ini akan dibikin beberapa buah serta sesuai dengan keperluan.
9. Mendut
Mendut adalah alat musik petik atau jam yang dari Manggarai. Langkah mainkan alat musik ini ialah dengan diambil atau dipukul-pukul dengan memakai kayu kecil. Alat musik Mendut dibuat dari seruas bambu betung yang panjangnya seputar 40 cm. Ke-2 ujung bambu didiamkan, tetapi diantaranya dilubangi.
Langkah pembikinannya, di bagian tengah bambu dilubangi persegi 4 (empat) dengan ukuran 5 x 4 cm. Di bagian samping kiri kanan lubang semasing dicungkil satu kulit bambu yang selanjutnya diganjal dengan memakai batangan kayu sampai berperan untuk dawai.
10. Nuren
Nuren sebuah alat musik tradisional yang dari Nusa Tenggara Timur (NTT), persisnya dari Solor Barat. Warga Talibura di Sikka Timur menyebutkan alat musik ini dengan nama “sason”, jika disebutkan dengan cara puitis karena itu jadi “sason nuren”.
Sason nuren ialah dua buah suling yang dimainkan dengan cara solo (sendirian). Alat musik ini dimemainkan dengan di tiup. Tipe alat musik tradisonal ini biasanya dipakai untuk menemani lagu tradisional Nusa Tenggara Timur (NTT)
11. Reba
Reba sebuah alat musik tradisional berdawai tunggal. Alat musik ini dibuat dari tempurung kelapa atau labu rimba yang dipakai untuk wadah resonansi yang selanjutnya tertutupi dengan kulit kambing yang ditengahnyanya telah dilubangi.
Untuk dawainya sendiri dibuat dari benang tenun asli yang telah digosok dengan memakai lilin lebah. Sedang untuk penggeseknya dibuat dari sebilah bambu yang telah diikat dengan benang tenun yang tentu saja juga digosok dengan lilin lebah.
12. Tatabuang
Di Tanalein alat musik tradisional ini disebutkan dengan “Leto”, sedang di Desa Lamanole Flores Timur disebutkan dengan “Tatabuang”. Dari sisi bentuk, alat musik ini seperti dengan alat musik Totobuang yang dari Maluku. Kemungkinan tatabuang ini dibawa oleh suku Kera (Keraf) dari Pulau Maluku. Panggilan Tatabuang ini cuma berada di Lemonale, karena di desa ini banyak ada warga suku Kera.
Di Lemonale permainan alat musik Tatabuang ini lewat 2 (dua) langkah, yaitu digantung seperti Leto serta yang lain di taruh di atas pangkuan. Tatabuang ini dibikin dari batangan kayu pohon sukun yang digantung berupa bundar serta hati dari kayu itu dikeluarkan. Tatabuang yang digantung namanya Letor di Sikka serta yang dipangku namanya Preson di Wulanggintang.
Penutup
Itulah tadi 12 jenis alat musik tradisional dari provinsi Nusa Tenggara Timur yang berhasil kami kumpulkan. Mudah-mudahan ada artikel ini bisa tingkatkan pengetahuan kalian mengenai beberapa macam alat musik tradisional dari tiap daerah di Indonesia.